Sholat adalah pertanyaan nomor wahid yang akan ditanyakan oleh Allah
pada hambanya nanti di hari qiyamat. Sebelum pertanyaan – pertanyaan
lain diajukan, jawaban tentang sholat ini adalah yang paling awal. Dia
mendahului lainnya. Amalan yang lain tidak ditanya sebelum bab sholat
ini paripurna. Karenanya ditegaskan, jika sholatnya bagus, maka akan nlisir
perhitungan amal yang lainnya. Akan tetapi, jika sholatnya tidak bagus,
maka bersiaplah. Akan berperkara ke belakangnya. Untunglah, Allah masih
bermurah hati. Sebab jika sholatnya nggak sempurna, Allah memerintahkan
malaikat untuk melihat yang sunnah – sunnahnya. Subhanallah –
walhamdulillah.
Nah, saya tambah mrinding lagi untuk kembali
mencermati sholat ini, karena di Sunan Abu Dawud dan Sunan an-Nasa’i
tersebutlah sebuah hadits dari Nabi SAW yang mendirikan bulu kuduk.
Bunyinya, “Sesungguhnya seorang hamba niscaya melaksanakan sholat pada
suatu sholat, tidaklah ditulis baginya kecuali sepersepuluhnya,
sepersembilannya, seperdelapannya, sepertujuhnya, seperenamnya,
seperlimanya, seperempatnya, sepertiganya, setengahnya.”
Jadi, banyak
orang yang tidak mendapatkan pahala sempurna dari sholatnya. Kenapa?
Karena tidak menjalankan tata cara sholat dengan benar sebagaimana yang
diajarkan Rasulullah SAW.
Bukan jamannya lagi bagi kita berkata;
yang penting sholat. Sekarang yang tepat diucapkan adalah mari perbaiki
dan sempurnakan sholat kita. Mungkin untuk ukuran gerakan dan bacaan
dan do’a – do’a sholat, sudah faham semua. Umumnya doa dan gerakan ini
lebih gampang dan punya presisi yang tinggi. Asal thuma’ninah gerakan
kita sah. Asal hafal, semua doa beres. Sumber utama kekurangsempurnaan
sholat kita umunya adalah dalam kekhusyu’an. Ia perlu perjuangan yang
berat. Keterpaduan antara gerakan, bacaan dan hati itu sulit. Perlu
latihan tingkat tinggi. Konsentrasi. Butuh waktu yang lama melatihnya.
Nggak bisa tergesa-gesa. Bacaan harus tartil. Di sinilah setan bermain.
Jarang diantara kita yang bisa benar – benar khusyu. Sebagaimana
didefinisikan seakan – akan melihat Allah, atau seakan – akan Allah
memperhatikan kita. Bercakap – cakap dengan kita. Berempat - mata dengan
kita. Banyak polarisasi justru ketika kita sholat. Ingat ini, ingat
itu, pengin begini, pengin begitu, dst, sampai lupa sedang baca apa,
sudah rekaat berapa. Padahal kita sedang menghadap Yang Punya Segala
Kuasa. Astaghfirullah…!
Kita tahu, bahwa kekhusyuan itu sulit
meraih dan menjaganya. Kita gak boleh pasrah. Apalagi putus asa. Kita
harus mencoba. Segala cara. Segala upadaya. Sak pol kemampuan kita. Dan
jadikanlah hadits di atas sebagai pemacu untuk memperbaiki dan
menyempurnakan sholat kita. Mumpung masih ada waktu. (FA)
Sumber : http://www.ldii.or.id/id/nasehat/1276-sholat.html
Sabtu, 21 Februari 2015
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar